Get A Job and Resign



Hello! Aku sudah lama banget gak buka blog ini. Mungkin sekitar satu tahun lebih sedikit. Hari ini aku ingin bercerita tentang pengalaman kerja aku sampai akhirnya aku memutuskan untuk resign. Jadi, saat itu aku dan seorang temanku pergi ke salah satu yayasan yang ada di Bekasi. Di sana, kami menggantungkan harapan setelah sangat lama tidak mendapatkan pekerjaan. Pasa saat itu, kami melakukan tes demi tes yang ada di yayasan tersebut. Namun, takdir berkata lain sebab hanya aku yang diterima oleh perusahaan elektronik terkenal itu. 

Singkat cerita, aku berusaha untuk mengikuti alur para pekerja PT. Tahap demi tahap aku mulai memahami satu persatu dari pekerjaanku ini, awalnya aku pikir akan sangat sulit bekerja dengan mesin. Tapi ternyata tidak sama sekali, itu bukan berarti pekerjaanku mudah-mudah saja. Tidak sama sekali. Di sana, aku mulai mendapatkan teman meski pelan-pelan sebab aku tidak terlalu mudah mengajak seseorang berbicara. Hari itu, aku benar-benar merasa bahagia karena mendapatkan pekerjaan ditambah gaji pokoknya yang lumayan besar, sangat sangat memenuhi kebutuhan dan keinginanku. 

Setelah aku bekerja, pemikiran tentang kuliah pun seperti berhenti begitu saja. Yah, awalnya aku ingin menabung uang untuk kuliah tapi aku bahkan tidak bisa menyimpan uang sama sekali. Keburukanku ada di sana. Kembali lagi pada pekerjaan, setiap bekerja shif 2, minimal aku harus berangkat dari rumah sekitar jam lima sore. Sesampainya di titik penjemputan bus, aku lebih dulu melipir ke Masjid yang letaknya hanya sekitar tiga atau empat meter dari sana. Sambil menunggu azan magrib, aku sering mengobrol dengan temanku yang dinyatakan tidak lolos seleksi tes. Sebut saja dia N.

Aku selalu curhat padanya bahwa pekerjaanku ini sangat melelahkan, benar-benar menguras habis tenaga sekaligus hati. Diam-diam aku menangis di pojok masjid itu, kebiasaan burukku adalah meratapi kesedihan. Meski begitu, N selalu memberikan support padaku bahwa aku kuat menjalani pekerjaan itu. Bukan hanya pada N, aku pun selalu mengeluh pada Mamahku. 

Pada saat bekerja di line terkadang aku mendapat omelan bahkan aku pernah difitnah. Leaderku bilang jika pekerjaanku lamban, padahal aku benar-benar menguras habis tenagaku pada saat itu. Sampai pada akhirnya, kedua team kerjaku membantuku agar pekerjaan kami tidak over time. Namun, untuk entah yang keberapa kalinya aku selalu dimarahi oleh Leader. Bukan sampai di sana, aku sudah terkena audit sampai lima kali. Perkataan buruk Leader tentangku masuk ke dalam hati dan itu membuatku tidak nyaman untuk bekerja di sana. Beruntungnya, teman-temanku berusaha mendukungku dan membantuku juga. 

Iya, aku mencoba bertahan dan terus bertahan sampai semua perkataan buruk Leaderku itu sudah tidak berkesan padaku karena dia terlalu sering melakukannya. Hingga beberapa bulan berlalu, mungkin setengah dari kontrak kerjaku, aku pun mulai sangat tidak nyaman bekerja di sana mungkin karena pernah hampir satu bulan aku OFF dari pekerjaan karena sakit. Itu yang membuatku harus melatih tangan atau lebih tepatnya menyeimbangkan dengan team yang lain, mereka mungkin sudah lebih mahir. 

Aku semakin tertekan, menangis tidak ada hentinya. Ketika di masjid, hendak tidur, saat jam makan di sana, dan pada saat duduk di bus. Aku muak dengan semua keletihan gila itu, rasanya aku ingin kabur saja tanpa berpamitan lebih dulu. Namun, temanku berkata jika aku masuk dengan cara yang baik maka keluar dengan cara yang baik pula. 

Pada bulan Februari awal tahun, aku benar-benar berhenti dari pekerjaanku. Sejujurnya, aku merasa sedih kehilangan work team-ku di sana sebab mereka semua memang benar-benar baik sekali dan saling mendukung satu sama lain. Intinya, aku hanya seorang musafir bagi mereka dan bagi perusahaan itu. Yang paling terpenting, aku telah mendapat pelajaran bagaimana hidup dan menyesuaikan diri di luar lingkungan.   

Komentar